Aktivitas apa yang terlintas dalam benak kamu ketika mendengar kata komunitas? Fotografi, literasi, mobil tua, motor tua, film, bahasa, jalan-jalan, anak-anak, ataupun sejarah barangkali merupakan beberapa kegiatan yang langsung terpikir olehmu ketika mendengar kata tersebut. Namun, pernahkah kamu mendengar komunitas toko kelontong atau komunitas sosial lainnya?
- Komunitas Toko Kelontong.
SRC memiliki paguyuban toko kelontong terbesar di Indonesia yang pembentukannya ditujukan untuk memperkenalkan keistimewaan ritel SRC kepada masyakarat lebih luas. Dilatarbelakangi kenyataan bahwa usaha ritel lokal sedang mengalami kelumpuhan, komunitas ini pun hadir. Perkumpulan ini ingin membantu ekonomi masyakarat daerah dengan memajukan toko kelontong yang mereka miliki. Tidak sekadar memberikan pelatihan bisnis, kelompok ini juga rutin mengadakan acara yang bertujuan untuk mempertemukan pelanggan, pemilik, sponsor, serta pemerintah.
- Komunitas Nol Sampah.
Satu contoh komunitas yang serupa dengan perkumpulan ini adalah komunitas barang bekas. Keduanya memosisikan diri sebagai pengepul, yang mana menyediakan tempat bagi masyarakat untuk ‘membuang’ barang bekas mereka untuk kemudian disalurkan kembali ke pihak yang membutuhkan ataupun diperdagangkan kembali secara online. Hal yang membedakan keduanya adalah, komunitas nol sampah tidak sekadar berfokus pada dua hal yang telah disebut sebelumnya. Mereka juga memfasilitasi masyarakat yang ingin menukar ‘sampah’ individual, contohnya adalah sampah fashion. Komunitas ini kerap mengadakan event khusus untuk pertukaran sampah pakaian tersebut. Tidak berhenti di situ, perkumpulan ini pula membuka ruang bagi pedagang yang menerapkan bisnis praktik ramah lingkungan serta bebas dari plastik untuk memasarkan produk mereka di situsnya. Hal yang lebih amazing lagi ialah mereka membentuk platform khusus sebagai sarana informasi, pendidikan, dan kolaborasi terkait sampah kepada masyarakat.
- Komunitas Lanjut Usia.
Kelompok pemberdayaan anak-anak—terutama dari kelompok marginal—adalah salah satu jenis kelompok sosial yang jumlahnya begitu banyak di negeri ini. Tetapi, apakah pernah terpikir olehmu akan kehadiran komunitas untuk mereka yang telah lanjut usia? Berangkat dari fakta bahwa hanya sedikit pihak yang mau fokus memerhatikan kaum lanjut usia, komunitas ini pun terbentuk. Target komunitas ini ialah membuat lansia merasa hidup kembali, dan tidak terasingkan. Sebab, di lapangan banyak sekali lansia yang ‘dibuang’ oleh keluarganya ke panti jompo. Langkah yang kelompok ini tempuh untuk mewujudkan impian tersebut adalah dengan menyelenggarakan acara satu hari penuh bersama para lansia. Selain merangkul lansia terasing di panti-panti jompo, perkumpulan ini juga mengadakan sosialiasi untuk menggaet lansia produktif. Cita-cita jangka panjang mereka adalah mendirikan platform untuk lansia produktif memasarkan produk maupun jasa mereka secara online, sekaligus tetap menjalankan kegiatan-kegiatan bersama para lansia.
Nah, itulah 3 komunitas-komunitas sosial yang gaungnya belum sebesar komunitas-komunitas lain. Semoga artikel ini dapat menambah pengetahuanmu tentang komunitas yang ada di dalam negeri, ya!